Bekatul selama ini kurang diperhatikan oleh masyarakat modern padahal kaya akan gizi dan mampu menurunkan kadar kolesterol darah juga membuat jantung menjadi sehat. Pada dasarnya riset-riset modern selama ini hanya menggali kembali kemampuan masyarakat kuno ribuan tahun lalu yang telah memahami manfaat dari bahan-bahan alami untuk kesehatan.
Apa yang dimaksud dengan Bekatul?
Secara umum tidak banyak yang memahami apa yang dimaksud dengan bekatul secara detail, walau mungkin saja kita memahami bahwa bekatul dihasilkan dalam proses pengolahan padi menjadi beras. Definisi bekatul (rice bran) menurut Badan Pangan Dunia (FAO) adalah lapisan sebelah dalam butiran beras (kulit ari) dan sebagian kecil endosperma berpati. Dalam proses penggilingan padi di Indonesia, dedak dihasilkan pada proses penyosohan pertama, bekatul pada proses penyosohan kedua.
Banyak orang menggambarkan bekatul sebagai limbah dengan bau tengik, apek, dan asam. Persepsi tersebut tidak sepenuhnya benar karena bekatul memiliki karakteristik cita rasa yang lembut dan agak manis. Bau tidak sedap akan muncul jika bekatul mulai mengalami kerusakan
Dapat dikatakan bekatul atau juga disebut Rice Bran adalah bagian luar atau kulit ari dari beras yang merupakan hasil sampingan dari proses penggilingan padi, biasa berupa serbuk halus berwarna krem atau coklat muda. Beras yang kita makan selama ini sudah terlalu bersih, padahal di dalamnya justru mengandung banyak vitamin dan nutrisi penting yang memiliki khasiat luar biasa.
Kandungan Gizi Bekatul
Menurut Prof, Dr. Made Astrawan, bekatul mengandung karbohidrat cukup tinggi, yaitu 51-55 g/100 g. Kandungan karbohidrat merupakan bagian dari endosperma beras karena kulit ari sangat tipis dan menyatu dengan endosperma. Kehadiran karbohidrat ini sangat menguntungkan karena membuat bekatul dapat digunakan sebagai sumber energi alternatif.
Kandungan protein pada bekatul juga sangat baik, yaitu 11-13 g/100 g. Dibandingkan dengan telur, nilai protein bekatul memang kalah, tapi masih lebih tinggi bila dibandingkan dengan kedelai, biji kapas, jagung, dan tepung terigu.
Dibandingkan dengan beras, bekatul memiliki kandungan asam amino lisin yang lebih tinggi. Zat gizi lain yang menonjol pada bekatul beras adalah lemak, kadarnya mencapai 10-20 g/100 g. Minyak yang diperoleh dari bekatul dapat digunakan sebagai salah satu minyak makan yang terbaik di antara minyak yang ada, dan sudah dijual secara komersial di beberapa negara.
Keunggulan dari minyak bekatul untuk menurunkan kolesterol. Bekatul beras juga kaya akan vitamin B kompleks dan vitamin E. Vitamin B kompleks sangat dibutuhkan sebagai komponen pembangun tubuh, sedangkan vitamin E merupakan antioksidan yang sangat kuat.
Selain itu, bekatul merupakan sumber mineral yang sangat baik, setiap 100 gramnya mengandung kalsium 500700 mg, magnesium 600-700 mg, dan fosfor 1.000-2.200
mg.
Bekatul Menurunkan Kolesterol Darah
Bekatul juga merupakan sumber serat pangan (dietary fiber) yang sangat baik. Selain untuk memperlancar saluran pencernaan, kehadiran serat pangan juga berpengaruh terhadap penurunan kadar kolesterol darah.
Pada Juli 2012 dalam sidang terbuka Doktor pada PS Ilmu-ilmu Faal dan Khasiat Obat, Pascasarjana IPB, Hernawati dalam disertasinya yang berjudul,”Peran berbagai sumber serat pangan pada perbaikan profil lipid darah mencit hiperkolesterolemia”, mengemukakan salah satu kesimpulan bahwa suplementasi serat pangan berupa agar, karagenan, dan bekatul di dalam diet hiperkolesterolemik dapat menurunkan konsentrasi kolesterol total serum, trigliserida, LDL dan sebaliknya meningkatkan HDL pada mencit percobaan.
Dalam serat pangan (dietary fiber) sangat bermanfaat bagi penderita kolesterolemia karena dapat menimbulkan rasa kenyang yang lebih lama, menghambat penyerapan lemak dalam saluran pencernaan, serta mampu menarik asam empedu ke dalam saluran pencernaan yang pada akhirnya menurunkan kadar kolesterol darah yang dibuang melalui feces.
Dalam diskusi dalam sidang terbuka tersebut juga terungkap beberapa kelebihan bekatul sebagai salah satu sumber serat pangan. Selain memiliki asam lemak tidak jenuh, bekatul memiliki serat terlarut yang tinggi, fraksi minyaknya mengandung antioksidan, serta memiliki efek rasa kenyang yang lebih lama, sehingga cocok sebagai diet penderita hiperkolesterolemia. Telah dibuktikan bahwa bersama-sama dengan agar dan karagenan (berasal dari rumput laut), bekatul dapat menurunkan kadar kolesterol dalam jaringan hati dan meningkatkan pembuangan kolesterol melalui feces (tinja).
Dalam menangani kadar kolesterol maka obat komersial menurunkan kadar kolesterol melalui mekanisme endogen, yaitu menghambat kerja enzimatik sintesa kolesterol di jaringan hati; sebaliknya serat pangan lebih bekerja dengan mekanisme eksogen, yaitu lebih banyak melalui pengeluaran kolesterol melalui feces.
Demikian gambaran tentang betapa besarnya manfaat bekatul yang selama ini diabaikan oleh masyarakat dan dunia kesehatan. Masyarakat Indonesia patut bersyukur mewarisi pengetahuan-pengetahuan kuno yang sangat memahami manfaat bahan alami untuk kesehatan tubuh yang dibuktikan kembali oleh riset-riset kesehatan dalam era modern ini.
(Diadaptasi dari berbagai sumber)