Manusia cenderung merasa bebas menilai, dan bicara idealisme tentang sebuah persoalan, saat mereka sendiri belum pernah berada dalam situasi tersebut_anonim
Tentang Cinta
Sahabat, apakah itu cinta? Banyak literatur yang mendefinisikan dari berbagai sisi.Ya, cinta memiliki banyak perspektif. Tergantung dari sudut pandang masing-masing orang. Yang jelas dalam realitasnya, cinta mampu mengintervensi pola pikir kita, perasaan sampai tindakan. Cinta, meski sifatnya universal, namun juga punya unsur kemelekatan. Nah yang satu ini sering dijelaskan dalam buku-buku spiritual maupun dalam komunitas spiritual. Yang salah satu misi humaninya adalah, mencerahkan pandangan hidup seseorang. Termasuk urusan cinta. Banyak anggota komunitas punya problem cinta tak terselesaikan. Dan mencoba mencari solusinya pada sang Suhu bagaimana mencintai dengan damai dan membebaskan. Tak terjebak dalam nuansa kemelekatan yang bagi sebagian orang bisa jadi sangat mempengaruhi seluruh hidupnya. Mereka tak selalu berpaling pada konteks ajaran agama. Cinta memang tak mungkin disalahkan, kita yang tak cukup bijak menyikapinya.
Kemelekatan cinta
Berikut sedikit pengalaman, dimana saya akhirnya menyadari bahwa secara pribadi ternyata saya juga memiliki unsur kemelekatan yang cukup kuat dalam urusan cinta.
Yang pertama adalah saat orangtua saya tiada. Yang satu ini sempat membuat saya merasa tak mampu meneruskan hidup. Karena merupakan fase terberat dalam hidup saya melebihi rasa kehilangan apapun.
Kedua kalinya adalah, saat harus kehilangan beberapa sahabat dekat di masa sekolah. Kami punya kesamaan hobi berkhayal. Dari ketemu bintang film sampai berkhayal jadi peri hutan yang manis dan imut. Pokoknya kompak. Saat mereka pindah ke kota lain untuk meneruskan kuliah, sayapun sempat merasa kehilangan. Tak lagi bisa jalan bersama atau mengerjakan sesuatu bersama meskipun ada perangkat teknlogi yang mampu membuat kami tetap dekat. Tetap saja berbeda keceriaan dan kehebohannya saat kami benar-benar bertemu secara fisik.
Terakhir, saat saya harus kehilangan seseorang yang saya cinta yang implikasinya kadang masih membekas. Hingga menuntut saya untuk lebih bersikap self protektif kedepannya. Namun seperti pepatah umum yang sering kita dengar bahwa, “kita merasa kehilangan karena kita merasa memiliki. Sebab semua sudah faham bahwa cinta asmara tak selalu abadi. Jadi kita tak selalu harus merasa paling bersalah untuk apapun yang terjadi, selama kita yakin kita berada di pihak yang benar. Semua orang cenderung membawa idealismenya masing-masing dalam suatu hubungan sampai membuat membuat sebuah keputusan. Namun sejatinya idealitas tak harus mati saat kita bersedia mengekang ego pribadi demi sebuah kompromi menyangkut sebuah komitmen.
Problem Cinta, Teman Sharing dan Solusi
Ah, sebenarnya tahu apa saya tentang cinta? Dalam menghadapi problema hidup termasuk urusan cinta, saya pribadi tak pernah berusaha mengikuti kiat para Suhu, Apalagi berusaha masuk komunitas tertentu hanya karena urusan cinta. Semua saya biarkan mengalir apa adanya.Bagi saya cinta itu dinikmati sajalah hadirnya, bahagia sendiri sajalah kalau berhasil, dan sakit hati sendiri sajalah kalau akhirnya harus kandas di tengah jalan, tanpa harus banyak berkeluh kesah pada setiap kenalan kita. Kecuali bila orang lain sengaja melibatkan diri kita dan menuntut kita juga ikut bertanggung jawab pada persoalan yang tak mampu mereka selesaikan dengan mengkaitkan diri kita sebagai salah satu bagian dari sebab akibat. Dalam hal ini, kita harus jernih memandang persoalan agar tak terjebak sebagai kambing hitam. Bagi saya pribadi, kalaupun harus berbagi, lebih baik menuangkannya lewat tulisan ketimbang harus bercerita secara individu pada keluarga dan kenalan-kenalan kita, Apalagi terhadap orang lain yang belum lama kita kenal.