Skip to content

Luh Ketut Suryani

Luh Ketut SUryani, Kabarsehat.comLuh Ketut Suryani, SpKj, Prof. DR. Dr. adalah seorang psikiater yang telah mempelajari meditasi sejak berusia 14 tahun. Ia pernah menjadi asisten di bagian Mikrobiologi, Neurologi, dan sekarang aktif di bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, sambil menyebarluaskan pandangan bio-psiko-spirit-soaialbudaya di dalam dan luar negeri. Secara teratur ia mengajar meditasi kepada orang yang berminat baik dari Indonesia maupun luar negeri seperti Australia, Eropa, dan Amerika. Pada bulan April 2000 ia dikukuhkan sebagai Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Bali.

Menyembuhkan Melalui Roh

(Gatra Edisi Khusus, April 2004)

SEBUAH perusahaan kosmetika di Indonesia pernah berniat mengundang seorang ahli meditasi dari Swiss untuk mengembangkan program spa miliknya, akhir 1990–an. Tapi, jawaban dari ahli meditasi itu mengagetkan ; “Saya justru berguru dari pakar meditasi asal Bali, Indonesia.” Dialah Prof. Dr. dr. Luh Ketut Suryani, SpJ.

Kepakaran Suryani di bidang pengobatan spiritual itu ternyata sudah diakui di mancanegara. Di Indonesia trend penyembuhan melalui meditasi memang baru berkembang belakangan. Suryani sendiri, yang kini menjadi guru besar psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar, pernah mendapat berbagai hambatan dalam mengembangkan apa yang disebutnya terapi melalui pendekatan bio-psiko-sosio-budaya-spiritual.

Perempuan kelahiran Singaraja, Bali, 22 Agustus 1944 itu, memang tertarik pada dunia meditasi sejak kecil. Anak keempat dari enam bersaudara ini belajar mengobati secara spiritual sejak usia 14 tahun, demi ibunya yang sakit-sakitan.

Pada awalnya, ayah Suryani, I Nyoman Purna seorang Perawat, dan sempat menjadi anggota DPRD Bali pada 50-an, menentang. Namun, ketika Suryani bisa membuktikan mampu menyembuhkan penyakit tersebut, seluruh keluarga ikut belajar meditasi.

“Manusia tidak hanya terdiri dari tubuh dan pikiran. Ada unsur lain, yaitu roh, atma atau spirit” kata Suryani. “Roh adalah sumber kehidupan, pengetahuan dan kemampuan manusia yang berasal dari Tuhan.” Karena itu, ia berpendapat bahwa dalam menyembuhkan pasien, rohnya pun harus diobati.

Pendapat Suryani itu ditentang koleganya, karena dianggap menyimpang dan tidak ilmiah. Uniknya, ia malah banyak diundang berbicara di forum internasional untuk memaparkan pandangannya yang dianggap sebagai terobosan baru.

Suryani lulusan dari Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, pada 1972. Ia menjadi spesialis ilmu jiwa tahun 1981, dan meraih gelar doktor Ilmu Kesehatan pada 1988 di Universitas Airlangga, Surabaya. Dari pernikahannya dengan Dr. dr. Tjokorda Alit Kamar Adnyana, ia dikaruniai enam anak laki-laki.

Teknik Meditasi Suryani

Menurut Luh Ketut Suryani, meditasi merupakan jembatan yang menghubungkan konsep pemahaman kemampuan spiritual dengan ilmu kedokteran. Kedua konsep ini, tidaklah bertentangan. Ilmu psikiatri modern mengajarkan kemampuan manusia tertinggi terletak pada otak yang mengatur fisik dan mental. Sedangkan, pengetahuan spiritual mengajarkan, kekuatan spiritual manusia yang tertinggi, yang mengatur mind dan body dalam otak.

Secara medis bisa dijelaskan, ujar Suryani, meditasi yang dilakukan secara teratur akan merangsang tubuh menyembuhkan diri sendiri. Meditasi menyebabkan terjadinya hemeostatik atau keseimbangan dalam otak.

Hipotalamus sebagai sentral otak akan bereaksi untuk meningkatkan fungsi kerja hormon. Dalam keadaan demikian, antibodi tubuh akan bekerja secara optimal bila terdapat “benda” asing yang masuk ke dalam tubuh manusia.

Secara umum, ada dua cara untuk melakukan meditasi. Pertama, meditasi konsentrasi, yang memusatkan satu keadaan (terutama melihat dan mendengar) pada suatu obyek tertentu. Kedua, meditasi merasakan (mindfulness) yaitu mencoba menyadari keadaan secara menyeluruh dengan merasakan proses keadaan itu sendiri.

Kedua metode ini berbeda dalam mencapai perubahan kesadaran (altered state of conciousness), namun keduanya mempunyai tujuan sama, yakni membawa seseorang menghayati fungsi fisik dan mental pada tingkat kesadaran yang berbeda dari biasanya.

Kedua metode ini diterapkan dalam metode Suryani yang sederhana. Suryani mengungkapkan meditasi tidak sama dengan sesuatu yang berbau klenik atau magis. Karena itu dalam bermeditasi jangan memikirkan hal-hal yang berbau klenik atau magis.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita lebih banyak menggunakan kemampuan mental yang dipengaruhi pendidikan formal dan non-formal. Sangat jarang seseorang dilatih menggunakan kemampuan spirit yang sudah dimilikinya sejak dalam kandungan. Suatu pemikiran, pertimbangan dan keputusan yang dibuat datang dari logikanya. Sebenarnya orang yang menggunakan kemampuan spirit (atma), mampu mengatasi permasalahan di luar logika. Untuk mengoptimalkan kemampuan spirit ini, maka meditasi merupakan satu metode dalam berhubungan dengan spirit, sumber pengetahuan itu.

METODE Suryani sangat sederhana untuk diterapkan. Sebagaimana halnya seseorang yang bermeditasi, kita harus duduk bersila atau mengatur posisi punggung agar tegak lurus. Kedua tangan diletakkan sedemikian sehingga otot-otot lengan dalam keadaan relaks. Seluruh tubuh dirasakan dalam keadaan istirahat.

Berikutnya, pusatkan perhatian, pikiran, perasaan, dan angan-angan pada satu titik, satu meter di lantai depan. Kelopak mata baru ditutup jika terasa berat atau ada kekuatan yang menginginkannya. Kemudian rasakan proses keluar masuknya udara pada hidung. Lakukan proses itu berulang-ulang. Jika terasa cukup, pelan-pelan rasakan kembali organ-organ tubuh berfungsi kembali.

“Sederhana sekali. Tetapi jika ingin mencapai hasil yang sempurna harus dilakukan berulang-ulang. Setiap hari cukup 10-15 menit, jangan lebih,” ujar LK Suryani.