Skip to content

Pembacaan Kartu Tarot Menggunakan Psikologi Jung

Judul Buku : “Discovering Yourself Through the Tarot: A Jungian Guide to Archetypes & Personality”

Penulis : Rose Gwain

Tahun Terbit : 1994

Terbit Pertama : 1943

Penerbit : Destiny Book – Division of Inner Traditions

Daftar Isi

Pengantar

Di Indonesia secara akademik kita mempelajari Psikologi sebagai bidang studi yang empirik. Artinya, segala penjelasan yang ada di balik teori harus didasari oleh validasi empirik dengan metode-metode ilmiah yang telah disyaratkan. Salah satu syarat dalam metode tersebut adalah variabelnya harus terukur. Konsekuensi dari syarat ini ada pada area-area studi yang berada pada ranah kesadaran manusia. Dari sisi ini area-area yang membahas ketidaksadaran menjadi hal sulit untuk dipertanggungjawabkan.

Teori-teori mengenai ketidaksadaran dari Freud dan Jung memang dibahas dalam berbagai matakuliah seperti Psikologi Kepribadian, Psikologi Perkembangan, Sejarah dan Aliran Psikologi. Namun demikian, ketika teori-teori ini dibicarakan, ada catatan di belakang yang mengikutinya, yaitu: memiliki kelemahan dalam pembuktian empiris karena membahas hal-hal yang berhubungan dengan ketidaksadaran. Kurangnya minat terhadap studi ini tampak dalam pilihan judul skripsi mahasiswa dan juga hasil-hasil penelitian dalam berbagai Jurnal Psikologi.

Mengapa Buku Ini Menarik Untuk Dibahas?

Dengan latarbelakang terbatasnya pembahasan mengenai Psikologi Jung di Indonesia, buku ini dapat menambah khasanah informasi bagi mereka yang memiliki minat pribadi ke sana.

Pembacaan Kartu TarotYang kedua, Tarot yang selama ini dikenal sebagai salah satu medium untuk melakukan peramalan, oleh si penulis digunakan untuk menggali self seseorang dalam rangka mencapai keutuhan diri melalui integrasi kekuatan dan kelemahannya[4], melalui penyatuan dengan aspek shadow yang dalam konsep Jung merupakan aspek diri yang bersifat negatif.

Dengan menyatukan berbagai self yang saling bertentangan, seseorang akan mengalami perluasan kesadaran dan perkembangan spiritual, yang akan membawanya pada suatu keutuhan diri pribadi.

Dalam buku ini digunakan beberapa istilah yang memiliki arti lebih kurang sama, yakni: self, higher, self, the spiritual self.

Untuk dapat menjangkau bagian ketidaksaran, kartu Tarot dapat digunakan sebagai media untuk mengenalinya melalui berbagai metode yang disarankan yaitu melalui proses konseling di mana seseorang yang telah terlatih dalam hal ini membantu klien menemukan jatidirinya melalui pembacaan kartu Tarot.

Perpaduan Antara Tarot, Jung, dan Qabalah

Gwain membuka tulisannya dengan menjelaskan tiga sistem yang digunakan dalam membantu seseorang menemukan dirinya, yaitu: Tarot, Psikologi Jung, dan Qabalah.

Tarot sendiri selama ini lebih dikenal sebagai salah satu cara dalam melihat masa depan yang dilakukan oleh seseorang yang disebut sebagai peramal. Sedangkan konsep Qabalah, meskipun pada masa New Age ini cukup mendapat perhatian yang luas, tampaknya di Indonesia belum begitu dikenal.

Dari 19 bab yang ditulisnya, Gwain lebih banyak membahas mengenai Tarot dan Jung dibandingkan Qabalah. Konsep yang terakhir hanya dibahas dalam 2 bab secara singkat. Di samping ketiga sistem tersebut, Gwain menyelipkan pentingnya meditasi dan imajinasi aktif agar dapat mengakses informasi bawah sadar kita atas makna kartu-kartu tersebut. Ia juga menghubungkan konsep Qabalah dengan I-Ching, dengan sistem cakra yang ada pada tubuh manusia dan kaitannya dengan tingkat kesadaran seseorang.

Gwain menjelaskan bahwa asal muasal Tarot sendiri tidak banyak diketahui orang, meskipun archetype yang mewakilinya dianggap setua usia manusia dan memiliki keserupaan dengan gambar-gambar yang dijumpai pada peirode Mesir kuno dan Yunani. Ia menyebutkan bahwa kartu yang paling tua berasal dari Italia pada abad kelima belas.

Hubungan Qabalah, Cakra, dan Tingkat Kesadaran Seseorang

Bagaimana konsep Gwain mengenai hubungan antara Qabalah, cakra, dan tingkat kesadaran seseorang? Qabalah yang tervisualkan dalam diagram Pohon Kehidupan, dapat dipahami sebagai suatu peta mengenai perkembangan tingkat kesadaran seseorang.

Tingkatan kesadaran ini terbagi menjadi tiga tingkatan segitiga dimulai dari yang terendah, yaitu: segitiga astral (Personality Self), segitiga etik (Higher Spiritual Self), dan segitiga supernal (Supreme Spiritual Self). Cakra, yang merupakan pusat-pusat energi dalam tubuh manusia, juga berhubungan dengan tingkatkan kesadaran seseorang.

Ada tujuh cakra utama dalam tubuh manusia, dimulai dari cakra paling bawah, berada pada daerah perineum manusia[6] , sampai kepada cakra teratas, berada pada daerah kepala manusia.

Cakra pertama dan kedua dari bawah memiliki kesamaan dengan segitiga astral dalam Pohon Kehidupan. Cakra-cakra yang berada pada bagian tubuh lebih tinggi berhubungan dengan tingkat kesadaran yang lebih tinggi dan segitiga Pohon Kehidupan yang lebih tinggi.

Dalam diagram Pohon Kehidupan sekaligus juga mengalir alur energi dari Godhead yang tak termanifestasikan, yang berada pada tataran paling atas, mengalir ke bawah kepada manusia yang ada di bumi. Seseorang dapat mengetahui sampai di mana tingkat perkembangan kesadarannya melalui bantuan kartu Tarot.

Ada beberapa teknik yang ditunjukkan oleh Gwain, mengenai bagaimana seseorang menggunakan berbagai teknik tersebut. Gwain juga menyertakan semacam kuesioner yang disebutnya sebagai Kuis Kartu Court yang dapat membantu seseorang mengidentifikasikan tipe kepribadiannya, mana yang menjadi kekuatan dirinya, dan mana yang menjadi kelemahan dirinya. Tujuan mengetahui tipe-tipe yang menjadi kekuatan dan kelemahan seseorang adalah agar ia dapat mengintegrasikan segenap kekuatan dan kelemahannya.

Penjelasan terakhir ini barangkali dapat menjawab pertanyaan bagi sebagian mereka yang mempertanyakan cara bekerja Tarot dan hubungannya dengan penemuan diri seseorang melalui analisis Psikologi Jung. Namun bagi mereka yang berpijak pada kebenaran empirik ilmiah, Gwain menunjukkan adanya korelasi yang positif antara analisis dengan menggunakan Tarot, dengan tes kepribadian yang disebut MBTI (Myers-Briggs Type Indicator), meskipun Gwain tidak menyebut secara kuantitatif berapa sekor korelasi tersebut.

Penutup

Sebagai penutup atas telaah buku Discovering Yourself Through the Tarot: A Jungian Guide to Archetypes & Personality”, ada beberapa hal yang dapat disampaikan:

Buku ini memperkenalkan sisi lain dari penggunaan kartu Tarot yang selama ini hanya dikenal sebagai kartu ramalan yang dilakukan oleh para peramal. Dalam buku ini kartu Tarot diperkenalkan kepada pembaca sebagai alat bantu untuk menemukan diri (self) seseorang dengan menggunakan panduan psikologi Jung dan perpaduan konsep Qabalah dan cakra.

Bagi mereka yang berminat untuk mempelajari dan menjelajah alam ketidaksadaran manusia, yang selama ini di Indonesia tampaknya kurang menimbulkan minat, buku ini dapat menjadi pemicu untuk mempelajari fenomena ini lebih jauh. Bagi yang meragukan kebenaran empirisnya, buku ini juga dapat dianggap sebagai perangsang untuk mengadakan studi lebih jauh dengan melibatkan berbagai variabel psikologis lain yang kita duga memiliki kaitan-kaitan dengannya.

Yang terakhir, buku ini membawa pesan bahwa penemuan self akan makin meluaskan kesadaran seseorang, membawanya pada pertumbuhan spiritual yang lebih tinggi, serta sekaligus membuatnya dapat mengintegrasikan berbagai self yang saling bertentangan, kekuatan dan kelemahannya, aspek positif dan negatifnya, aspek diri maskulin dan femininnya. Buku ini memberikan aspek positif bagi pertumbuhan diri seseorang secara utuh.

[1] Tulisan ini telah dimuat di Arkhe: Jurnal Ilmiah Psikologi. Th. 9/ No. 2/ September 2004. Diterbitkan oleh Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara.

[2] Pengajar tidak tetap pada Fakultas Psikologi Universitas Tarumanegara.

[3] Jung sendiri pernah menulis buku mengenai hal ini dengan judul “Flying Saucers” pada tahun 1959.

[4] Aspek-aspek diri yang bersifat dualitas: ektravert – introvert, anima – animus, dsb.

[5] Ada ratusan kartu Tarot yang beredar, dengan berbagai tema yang berbeda. Dalam studi Psikologi, pemahaman yang paling mudah adalah menggunakan kartu Mythic, karena mitologi Yunani digunakan sebagai tema dalam kartu tersebut.

[6] Gwain menggambarkan lokasi cakra pada tubuh manusia secara visual, tetapi ia tidak menjelaskan nama dan letak masing-masing cakra.

Oleh Rubiana Soeboer

Sumber:http://tarotindonesia.multiply.com/journal/item/2/Timbangan_Buku_Discovering_Yourself_Through_the_Tarot_A_Jungian_Guide_to_Archetypes_