Obsesif Kompulsif::Jika pikiran terperangkap dalam ketidakpastian

Waspadai jika anda cenderung mengulang kata, gerakan,kelakuan atau kesenangan tertentu. Jangan sampai kecenderungan ini  menjadi suatu obsesi seperti Putri Caroline yang pernah botak karena mencabuti rambutnya sendiri.

Obsesif Kompulsif
Obsesif Kompulsif

Kedengarannya memang aneh, rambut kok di tarik tarik  Mengapa ada orang yang suka cuci tangan padahal tangannya masih bersih., menimbun barang-barang kesenangan, padahal di rumahnya sudah tak ada tempat. Bahkan ada yang tidak bisa tidur  jika tidak berhasil mengetahui nama setiap orang yang lewat di depan rumahnya? Tingkah laku ritual yang muncul berulang ulang di sebut gangguan obsesif kompulsif.
Lalu apa yg sebenarnya mereka rasakan  sehingga mereka melakukannya  secara berulang-ulang? Menurut dokter Irmansayah, psikiater dari RSCM, Jakarta. “ Seperti halnya halusinasi, orang lain tak akan bisa memahami mengapa seseorang  merasa harus mencuci tangannya hingga berkali-kali. Karena begitulah otak mereka “menyuruh”nya. Mereka akan melakukannya. Penderita akan merasa lega setelah  melakukan perintah otak., dan sebaliknya akan merasa semakin cemas jika tidak melakukan obsesinya.”

PENYAKIT RAGU RAGU

Kebanyakan orang pasti pernah merasa tidak yakin terhadap apa yg telah di lakukannya, karena itu bukannlah menjadi sesuatu yang janggal jika tiba-tiba kita misalnya, merasa tidak yakin apakah sudah mengunci pintu depan sehingga kita kembali memeriksanya.
Tingkah laku yang tampaknya menjadi biasa bisa mnjadi masalah jika seseorang terus menerus merasa tidak yakin sehingga bolak balik melakukan pekerjaan yang sama sampai belasan kali. Mereka tidak kuasa menahannya karena tingkah laku mereka bukan berdasarkan logika. Melainkan karena kecemasan yang tidak lazim.
Yaitu kecemasan yang di tandai dengan pikiran, dorongan, atau bayangan yang muncul berulang ulang, yang sifatnya sangat intens, menakutkan atau aneh.

Gangguan obsesif kompulsif bisa muncul dalam bentuk ringan, tapi bisa juga berat. Dikatakan ringan karena tingkah laku kompulsifnya hanya muncul saat mengalami stress atau situasi tertentu. Misalnya menjilat bibir, atau memulai kalimat dengan “Ee..” ketika harus berbicara di depan umum.
Gangguan dikatakan berat kalau kelakuan yang sama berlangsung selama lebih dari 1 jam setiap harinya. Menggangu rutinitas sehari-hari, atau mengganggu hubungan dengan orang-orang di sekitarnya. Misalnya membuka dan mengunci pintu hingga berkali-kali, mengumpulkan kardus hingga memenuhi rumah, atau terus menerus merapal doa.

Penderita biasanya mengetahui bahwa yang di lakukannya tak masuk akal, tapi pada sisi lain mereka takut bahwa yang ada dalam fikirannya adalah suatu kebenaran.
Orang yang terobsesi untuk terus menerus memeriksa pintu, misalnya tahu bahwa tingkah lakunya tidak rasional. Tapi di lain pihak ia takut kalau kecemasanya tersebut merupakan suatu kenyataan yaitu pintu memang belum di kunci. Karena itu, gangguan ini di sebut juga sebagai “ penyakit ragu-ragu”.

SANGAT BERAGAM :
Gangguan obsesif kompulsif bisa timbul dalam berbagai reaksi. Bahkan bisa timbul dalam bentuk gaya hidup sehat. Seseorang yang di diagnosa sebagai hipokondria misalnya, mungkin akan melakukan diet rendah lemak dan melakukan senam bagi penderita jantung secara teratur. Penderita orthorexia nervosa , suatu bentuk gangguan makan yang di tandai dengan obsesi terhadap makanan sehat, akan menolak hadir dalam acara-acara sosial hanya karena menghindari makan hidangan yang dianggapnya tidak sehat. Adapun yang bisa mengalaminya menurut statistic rata-rata 2-3 % dari tiap masyarakat menderita gangguan ini dan datang dari berbagai lapisan masyarakat. Perbedaanya terletak pada sumber kecemasannya. Dan menurut salah satu sumber, pencetus dan bentuk gejala di pengaruhi oleh factor lingkungan. Di Mesir misalnya, sebagian besar penderita takut kalau tidak menjalankan perintah agama dengan benar sehingga mereka secara kompulsif melakukan shalat. Sebagian penderita di kota-kota besar  mengalami ketakutan terhadap kuman sehingga terdorong untuk cuci tangan secara impulsif.
Namun anak anak tidak dapat didiagnosa menderita gangguan kompulsif karena mereka belum bisa membedakan hal yang rasional dan tidak rasional.

BENTUK GANGGUAN YAN SERING TERJADI :

  • Membersihkan atau mencuci tangan
  • Memeriksa atau mengecek
  • Menyusun
  • Mengkoleksi atau menimbun barang
  • Menghitung atau mengulang pikiran yang selalu muncul (obsesif)
  • Takut terkontaminasi penyakit/kuman
  • Takut membahayakan orang lain
  • Takut salah
  • Takut dianggap tidak sopan
  • Perlu ketepatan atau simetri
  • Bingung atau keraguan yang berlebihan.

DAPAT DISEMBUHKAN
Walaupun tampaknya menyeramkan , gangguan obsesif kompulsive bisa di atasi. Menggunakan obat-obatan yang berfungsi menekan impuls dan menghilangkan kecemasan, di tunjang terapi kognitif behavior untuk melawan hal-hal yang di pikirkan dan belajar mengendalikan tingkah laku. Serta lingkungan yang mendukung, menurut  dr. irmansayahpenderita mempunyai peluang yang besar untuk sembuh.

Dengan  berbagai pendekatan yang komprehensif, menurut dr. Irmansayah, lebih dari 90%  pasien bisa sembuh dan hidup normal. Pasien yang gagal sembuh biasanya juga menderita  gangguan jiwa lainnya, misalnya skizofrenia.

Sumber : Majalah Nirmala

11 thoughts on “Obsesif Kompulsif::Jika pikiran terperangkap dalam ketidakpastian”

  1. wahh, sangat membantu dalam memahami OCD ini,
    saya pun orang yg takut salah.
    dan jika saya sudah merasa demikian saya biasanya jd salah tingkah.
    saya juga bukan orang yg perfectionist.
    hanya ingin semua terlaksana sesuai rencana.
    apa saya termasuk penderita OCD ya pak?
    terimakasih atas postingannya.

    Reply
  2. saya mengalami yg seperti ini ketika duduk di bangkus SMP..berulang-ulang mencuci tangan saya..berulang-ulang mengecek pintu apakah sudah dikunci atau belum..berulang-ulang berdo’a dalam hati..benar2 menyiksa dan terasa tidak nyaman..tapi akhirnya saya bisa mengalahkan penyakit ini dengan mencoba mengabaikannya..tapi tentu saja bukan dalam sekali proses..butuh proses yang lama untuk itu..untuk orang tua yang memiliki anak yg mengalami sperti ini saran saya agar tidak menyudutkan anak tersebut..karena pengalaman saya akan sangat senang jika ada orang yang mengerti apa yang saya lakukan…jika anak anda mencuci tangannya berulang-ulang jangan langsung dilarang itu ibarat menghentikan ombak dengan kedua telapak tangan anda..akan lebih baik jika anda membenarkan apa yang dilakukannya sambil menyelipkan arahan yang masuk akal misalnya mengatakan bahwa dengan hanya sekali cuci tangan dengan sabun maka semua kuman akan mati etc..(pokoknya makin rasional makin mudah untuk diterimanya)..Satu catatan yg penting juga bahwa saya fikir penyakit ini memiliki sisi positif, karena orang yang bisa melewatinya akan lebih waspada namun tetap rasional dalam menghadapi persoalan hidupnya kedepan..cheers! 🙂

    Reply
    • Terimakasih atas sharing pengalamannya. Segala hal dalam kehidupan kita selalu dapat di pandang dari dua sisi. Ada sisi negatif dalam situasi menyenangkan , ada sisi positif dalam situasi tidak menyenangkan.

      Pada dasarnya perjalanan hidup manusia untuk mencapai tahap dimana dapat menjalani semua situasi kehidupan apa adanya dengan demikian apapun situasinya tidak lagi memilikipengaruh bagi dirinya.

      Reply
  3. Pingback: obsesif klomplusif
  4. Saya pernah mengalaminya, dari sekitar tahun 2000 s/d 2007, dan bahkan sampai hari inipun gangguan itu tetap ada, walau sudah ringan dan tidak terlalu menggangu aktifitas.

    Yang saya alami adalah berkaitan dengan peribadahan. Saya mepunyai kecemasan takut terkena, mudah terkena, dan merasa tidak yakin telah menghilangkan Najis ( sesuatu zat yg tidak suci – dlm hukum Agama Islam).

    Efek dari gangguan itu diantaranya :
    1. Apa-apa yang saya lakukan haruslah mengindar dari terkena najis. Contohnya ketika akan berjalan harus dilihat apakah dilantai ada benda2 yg merupakan najis, ketika duduk atau tidur harus dilihat juga apakah disana ada benda najis. pastinya sy harus menghindar dari zat tersebut. Itu merupakan keadaan yg sangat menyiksa, karena zat seperti itu banyak sekali ada dilingkungan sekitar kita. Dan sangat tidak mungkin untuk dihindari.
    2. Jika saya sudah terkena najis, maka kecemasan yg selanjutnya ada. Yaitu saya harus bisa, sampai merasa yakin mensucikanya (membersihkanya). Maka, saya suka cuci bagian2 tubuh, pakaian, atau apapun yg terkena najis dengan berulang-ulang. Begitupun dengan mandi. Ketika mandi saya bisa lakukan hingga 1 jam belum selesai.
    3. Efek lanjutanya adalah ketika akan Solat. Sudah menjadi ketentuan Solat tidaklah akan sah jika anggota badan, pakaian kita, atau tempat solat kita haruslah terbebas dari najis. Maka, sy selalu tidak yakin semua2 yang harus suci tersebut telah terbebas dari najis. Dengan kecemasan itu ( ini salah satu dampak yg paling menyiksa saya ) saya jadi kesulitan untuk Solat. Saya selalu mengulang-mengulang takbir, dan bahkan saya sudah masuk dalam kondisi tidak mampu untuk mengangkat tangan saya untuk bertakbir memulai Solat!, dalam kondisi seperti itu saya benar-benar tersiksa. Depresi dan malu, karena siapapun bisa melihat keanehan yg terjadi pada diri saya.

    Apa-apa yg saya ceritakan diatas hanyalah sebagian dari “penderitaan” yg pernah sy alami. Yg pasti keadaan itu begitu parah, menyiksa dan membuat diri saya malu dengan lingkungan sekitar.

    Pada saat ini gangguan2 seperti itu masih suka terasa, tetapi tidak sampai benar2 menggangu kehidupan yg sy jalani. Bisa dibilang saya sudah mulai sembuh. Saya bisa sampai pada posisi yg lebih baik ini adalah dengan cara membangun kesadaraan diri. Membangun kesadaran akan diri kita yang merupakan mahluk yang lemah, dan tidaklah mempunyai kemampuan untuk menjalankan semuanya – dalam hal kasus yg sy alami adalah peribadahan- dengan sempurna. Sehingga dengah begitu kecemasan-kecemasan yang saya rasakan berkurang.. dan makin berkurang. Dan kedepanya saya berharap akan semakin lebih baik lagi. Amiiin.

    Reply
  5. makasih atas infonya… saya jadi tau sekarang kelainan apa yang saya alami saat ini,,, memang saya sadar sering melakukan hal2 yang tidak masuk akal berulang2 kali.. seperti contohnya setiap terbangun di malam hari sering keliling rumah mengecek pintu,,,, atau ada rasa takut yang sangat luar biasa,, tapi saya tdk tau penyebaabnya,,, takut menyakiti orang banyak,, takut salah,,, dll… ada sih hal positif yng bisa di ambil… tetapi cenderung mengganggu banget,,, setiap malam gelisah tdk bs tidur dengan nyenyak,,,,jika berhadapan dengan orang lain sering tidak PD dll,,,,, adakah terapi yg bisa mengatasinya,,,??? apakah bisa saya lakukan sendiri atau butuh bantuan orang lain..?? saya telah konsultasi ke pisikolog, dia hanya menyuruh mengabaikan saja dan yakin kepada diri sendiri.. tapi itu sulit banget sepertinya dorongan untuk mengulang lbih besar, mohon bantuannya,,,, tak tunggu balasannya di e-mail.. trimakasih sebelumnya..

    Reply
  6. Saya tidak pernah berpikir sebelumnya bahwa saya adalah seorang penderita OCD dan hingga saat ini pun saya masih tidak yakin apakah saya benar-benar mempunyai OCD.. Hal ini bermula ketika saya mulai bekerja setelah lulus kuliah pada tahun 2009. Saat itu saya masih dalam masa percobaan dan belum diterima sepenuhnya di tempat saya bekerja, dan pada saat itu kebetulan saya mempunyai rekan senior yang merupakan lulusan psikologi. Saya senang mengerjakan segala sesuatunya secara teratur, saya kira itu adalah hal yang biasa saja. Dimulai dari lemari pakaian saya, saya ingin segalanya teratur bahkan dalam penyusunan pakaian pun biasanya saya lakukan berdasarkan warna. Alasan saya sangat simpel yaitu agar saya dapat lebih mudah menemukan apa yang saya cari. Di meja rias saya, saya biasanya menyusun barang-barang sesuai dengan tinggi begitu pula dengan buku. Hobi saya adalah membaca buku maka tidaklah mengherankan jika koleksi buku saya berjumlah ratusan, dimulai dari buku komik hingga novel. Di dalam penyusunannya, saya menyusun buku tersebut sesuai dengan urutannya, dan bahkan saya mengurutkannya berdasarkan abjad awal judul buku tersebut. Lagi-lagi alasan saya adalah untuk mempermudah saya dalam mencari buku yang inginkan. Teman-teman saya semasa sekolah melihat saya sebagai sosok wanita yang sangat wanita kerena selalu memperhatikan segala sesuatunya bahkan selalu membawa peralatan seperti tissue, wet tissue, band aid, obat-obatan, dan hand sanitizer. Sedangkan dalam mengerjakan tugas, saya dikenal perfectionist bahkan salah satu teman saya pernah mengatakan bahwa sifat perfectionist saya itu baik namun terkadang bisa menjadi masalah bagi diri saya sendiri karena saya akan menekan diri saya sendiri untuk bisa memberikan yang terbaik. Semasa kuliah, banyak sekali tugas yang diberikan oleh dosen saya untuk saya kerjakan di rumah. Dan saat mengerjakan itu, yang saya butuhkan adalah situasi yang tenang. Jika saya panik, maka apapun itu akan mengganggu saya bahkan bunyi sekecil apapun seperti bunyi jam pun akan mengganggu saya. Saya akan merasa khawatir, tegang dan apa yang ada dipikiran saya tidak akan bisa saya keluarkan sehingga yang akan saya lakukan adalah memukul kepala saya sendiri atau mencabuti rambut saya, namun bukan sembarang rambut karena rambut yang saya cabut adalah rambut kepala yang keriting yang menurut Ibu saya itu adalah rambut yang membuat kepala kita pusing. Saya melihat dan menanggapi hal itu biasa saja karena yah menurut saya itu normal-normal saja. Hingga suatu hari ketika saya sedang menyusun sesuatu berdasarkan warna di tempat kerja, senior saya berkata kepada saya bahwa saya adalah penderita Obsesi Kompulsif. Namun hal itu tidak saya ambil pusing, hingga suatu saat ketika saya sedang memainkan rambut saya, partner saya tiba-tiba menegur saya dan memegang tangan saya. Ia bilang ia ingin saya menghentikan kebiasaan saya itu karena itu tidak baik bagi saya karena hal itu akan membuat saya kehilangan rambut saya. Dia bilang itu adalah gejala seseorang yang mengalami stress, namun saya menanggapinya dengan bercanda. Saya bilang saya tidak begitu, saya memainkan rambut saya karena saya hanya ingin mencari rambut pusing saja. Namun teman saya bersih keras supaya saya menghentikan kebiasaan saya itu. Kini setiap saya memegang dan memainkan rambut saya, partner kerja saya akan dengan tegas memanggil nama saya untuk mengingatkan saya.
    Saya adalah anak bungsu dari 5 bersaudara, dan tidak bisa saya pungkiri bahwa kedua orangtua saya terkadang membandingkan saya dengan saudara-saudara saya yang lainnya. Saya menyadari inilah yang membuat saya menjadi perfectionist karena saya ingin menampilkan yang terbaik dari diri saya kepada orangtua saya, namun saya tidak tahu bahwa hal itu ternyata telah membawa saya kedalam sebuah kesimpulan seorang lulusan psikologi bahwa saya menderita OCD.
    Apakah benar saya adalah pendirita OCD? Hingga saat ini pun saya belum merasa pasti akan hal itu.

    Reply
  7. Pak Jion & Robin

    Dalam tahap ringan atau tahap awal atau pra OCD seperti yang di alami Pak Jion & Robin dan mungkin malah dapat diambil sisi positifnya. Tapi jika tidak di atasi maka masuk dalam pengalaman OCD yang akan sangat mengganggu seluruh aspek kehidupan.

    OCD diperkirakan dialami oleh 1,7-4% dari penduduk dunia, pria dan wanita memiliki kemungkinan yang sama dalam OC, akan tetapi dalam masa anak anak, anak laki laki lebih sering terkena OCD.

    Melakukan tindakan yang perfect itu bagus , tapi melekat pada tindakan perfect tanpa melihat situasi dan konteks kehidupan tentu bukan sesuatu yang bijak.

    Reply
  8. saya masih belum yakin, apakah saya termaksud OCD. Jadi yang saya alami ini adalah saya suka mengalami kebiasaan meniup-niup. Padahal didepan saya itu tidak ada apa-apa,cuman perasaan saya menyuruh seperti itu. Saya sering sekali mencoba untuk tidak menuruti perasaan saya itu, tetapi rasanya justru kalau tidak dilakukan malah rasanya mengganjal. Terus kebiasaan saya yang kedua adalah saya suka mengelapkan tangan saya kebaju atau kesesuatu. Jika yang satunya dilap,yang satunya juga harus dilap. Padahal tangan saya itu tidak kotor. Tapi kalau satunya dilap yang satunya tidak rasanya sungguh mengganjal perasaan saya. Apakah gangguan yang saya alami itu termasuk OCD ? apakah gangguan OCD itu juga bisa menyerang pikiran, seperti memikirkan sesuatu yang negatif, semisal seks (padahal saya tidak punya kecenderungan kesana) atau memikirkan kecelakaan ketika sedang berkendara sehingga saya harus mengucek mata saya berulang-ulang kali seakan-akan saya melihat kejadian itu ? mohon bantuannya. Dan apa yang harus saya lakukan… terimakasih.

    Reply
  9. saya juga mengalami penyakit seperti ini dalam hal obsesi religius hinnnga saat ini kalau saya shalat saya mengulang ulang takbir berkali kali.halini saya alami sejak kelas 2 smp hinggga sekarang.depresi berat.saat ini usia saya udah 31 tahun. sunggguh menyiksa.trimaksih atas infonya mungkin saya akan ke psikiater aj.mohon doa dan dukungannyaa

    Reply
  10. wah saya juga mengalami obsesif kompulsif nih
    cm ocd saya itu lebih ke gadget, kebersihan kamar, dan keteraturan
    dan saat ini saya sedang berusaha untuk sembuh.

    gadget.
    saya rasanya klo udh liat gadget terbaru rasanya pengen bgt memiliki.
    krn udh terobsesi bgt akhirnya saya kerja sangat keras untuk dapetin gadget itu. cm begitu sudah saya beli. itu gadget ga saya buka dari boks nya dan hanya saya simpan

    kebersihan kamar.
    klo ini rasanya klo kamar berantakan saya seperti tertekan sekali. ingin saya rapihin. bahkan klo saya lg ketempat temen saya, saya malah rapihin kamar nya -__- krn kamar temen kaya kapal pecah. dan saya klo membersihkan kamar saya harus saya lap dengan lap Alkohol. jd saya beli alkohol 70% yg 5 literan tiap bulan cuma untuk ngelap meja, panel lcd, pc laptop dan Gadget – Gadget kesayangan saya selalu saya lap dengan lap micro fiber dan alkohol jenis tersendiri agar tidak menimbulkan baret rambut. krn jika ada baret rambut pasti saya uring2an dan pengen jual

    Keteraturan
    wah klo ini gausah ditanya deh, semua peletakan barang barang dikamar, mobil, warna gadget, harus teratur!

    sebenernya saya risih. cm disatu sisi saya malah enjoy..
    sekarang saya sedang mencoba terapi diri sendiri. dan selalu menanamkan mindset “tiada suatu hal yg sempurna” saya coba ulangi kalimat itu dalam otak saya sendiri. karna saya menyadari bahwa jika disembuhin dari luar (orang lain) itu ga akan ngaruh kecuali kita meng-OCD-kan terapi kita.

    semoga bermanfaat

    Reply

Leave a Comment