Kaitan atau relasi pikiran dengan emosi sangat penting untuk dipahami, karena berkaitan dengan bagaimana kita bertindak ataupun mengambil keputusan.
Emosi adalah yang menggerakkan suatu gagasan menjadi tindakan. Emosi mirip bubuk mesiu,dan pikiran sebagai pelurunya. Apabila senapan tidak mempunyai daya tembak, maka pelurupun akan tetap diam dalam selongsongnya, betapapun kuatnya kita menekan dan menarik pelatuknya. Pikiranlah yang merancang rencana tentang apa yang akan diciptakan, tetapi emosilah yang akan membawa energi untuk merealisasikan rancangan itu.
Memang tidak mudah menyeimbangkan antara emosi dan pikiran.
Mereka yang cenderung ke mental (intelektual) akan lebih banyak membayangkan dari pada menciptakan. Sipelaku adalah sebutan bagi yang terlalu condong pada emosi. Mereka seringkali mempersulit diri, karena melakukan sesuatu tanpa berpikir terlebih dahulu.
Dengan mengharmoniskan pikiran dan emosi, kita menjadi mantap, terfokus, dan dinamis.
Kita memerlukan keseimbangan dalam relasi diantara keduanya karena emosi tidak berpikir. Emosi berkaitan dengan perasaan sehingga membutuhkan pikiran untuk memandunya.
Seringkali kita berpikir bahwa kita menjalankan segalanya berdasarkan pikiran kita, padahal kenyataannya tidak. Dalam kondisi ini, kita akan menuju pada keputusan yang salah atau tindakan yang keliru. Banyak orang kadang memyadari atau tanpa di sadari telah membiarkan emosi mengatur pikirannya.
Bagaimana mengatasi ketidakseimbangan antara emosi dan pikiran? Salah satu upayanya dengan meditasi. Secara detail akan dibahas dalam tulisan berikutnya.